Banyak Karya Ilmiah Kampus yang Tak Dikenal Masyarakat
Semarang – Hingga kini banyak hasil penelitian atau karya ilmiah yang dihasilkan di kampus seperti tesis atau disertasi mahasiswa yang tidak dikenal dan dinikmati masyarakat luas.
“Sebagian besar hanya menjadi koleksi perpustakaan kampus dan tidak dipublikasikan,” demikian diungkapkan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Dr. Rediyanto M Noor, M.Hum , dalam Diskusi Buku “Sastra Jurnalistik : Menyelisik Mafia Hukum” karya Teguh Hadi Prayitno, di kampus Magister Ilmu Susastra Undip, Kamis (8/10).
Menurut Rediyanto, setelah selesai ujian dan dinyatakan lulus bukan berarti tanggung jawab mahasiswa itu selesai, karya ilmiah yang susah payah mereka teliti seharusnya juga bisa dipublikasikan seperti dalam bentuk buku.
Publikasi penelitian tersebut, lanjutnya, merupakan juga bentuk tanggung jawab pengabdian kepada masyarakat.
Untuk itu, dalam diskusi tersebut ia memberikan apresiasi atas upaya penerbitan buku Sastra Jurnalistik : Menyelisik Mafia Hukum yang awalnya merupakan pengembangan dari tesis penulisnya saat merampungkan Magister Ilmu Susastra Undip.
Buku tersebut adalah hasil penelitian Teguh Hadi Prayitno atas novel karya Arswendo Atmowiloto berjudul “Abal-Abal”.
Menurutnya, belum cukup untuk memastikan koherensi antara sastra dengan istilah jurnalistik.
“Diperlukan kajian yang lebih cermat atas novel-novel lainnya, tidak cukup hanya pada Abal-Abal saja, misalnya bisa mengkaji juga novel-novel Adinegoro, cerpen-cerpen Rosihan Anwar, drama-drama Mohammad Diponegoro, novel dan cerpen Mochtar Lubis, Bur Rasuanto, Korrie Layun Rampan, Seno Gumira Ajidarma, dan sebagainya,” jelasnya.
Pembicara lainnya, Drs. Siswo Harsono, M.Hum menyambut baik terbitnya buku tersebut. Menurutnya istilah sastra jurnalistik di Indonesia boleh dikatakan hal baru, bahkan bisa dikatakan, Teguh merupakan “penemunya”. Karena kalau istilah jurnalisme sastrawi atau karya jurnalistik yang menggunakan bahasa sastra, itu sudah lazim dikenal di masyarakat.
“Tetapi kalau sastra jurnalistik itu, masih asing di telinga kita,” ujarnya.
Meski demikian, sebenarnya istilah istilah sastra jurnalistik atau journalism literature di Amerika dan Cina sudah lama di kenal dan memiliki akar teorinya. Oleh karena itu, lebih lanjut Siswo mengatakan bahwa buku tersebut menarik untuk dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut.
“Perlu meneliti sastra jurnalistik Indonesia selain novel Abal-abal karya Arswendo Atmowiloto, termasuk pula apakah sastra jurnalistik tersebut juga ada dalam genre puisi dan drama?,” beber dosen Fakultas Ilmu Budaya Undip tersebut.(Stefi Thenu/Bsc)
Posting Banyak Karya Ilmiah Kampus yang Tak Dikenal Masyarakat ditampilkan lebih awal di Detik sumsel.